Friday, July 27, 2012

Mushroom Farm

Mushroom Farm
mushroom a producer consumer
Banda Aceh Mushroom Producers and Growers
Banda Aceh Commercial Mushroom Producers
Mushroom Production in Banda Aceh
Mushroom Supplier
Canned Mushroom
Fresh Mushroom
High Quality and Competitive Price

Agriculture and Food
Mushroom made in China

Budidaya Jamur Pangan - Jenis Jamur Konsumsi
.......
Budidaya Jamur Hanya Bertahan 5 Bulan
Jamur merang atau dalam bahasa inggrisnya button mushroom, sangat menarik untuk dibudidayakan karena menurut perhitungan sangat menguntungkan. Tetapi kebanyakan para petani jamur merang tradisional hanya bertahan 5 bulan bahkan kurang dalam menjalani usaha mereka, kenapa ini bisa terjadi? Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi, jika saya klasifikasikan berdasarkan yang saya tahu saja, penyebab berhentinya usaha budidaya Jamur merang adalah sebagai berikut.

Gagal berproduksi secara menguntungkan apalagi optimal.
Penyebab ini menjadi faktor utama mereka berhenti mencoba bertani jamur secara tradisional, mereka terlalu cepat mengubah pola pola penanaman berdasarkan naluri mereka saja padahal tidak didukung dengan pengetahuan yang cukup ataupun konsultan untuk budidaya jamur merang. Mereka hanya berkomunikasi dengan para pedagang (yang membeli jamur mereka), yang sesungguhnya pedagang ini tidak punya kompetensi atau tidak berkepentingan dengan mengoptimalkan produksi petani untuk memproduksi jamur merang, atau mereka berkomunikasi dengan penjual bibit jamur saja, yang jelas tidak secara serius memperhatikan kondisi petani jamur, yang serba terbatas dan tidak bisa memenuhi semua persyaratan dan tidak melakukan pengawasan secara detail pada para petani jamur.

Bahan Baku tidak tersedia secara kontinyu
Penyebab lain adalah keterbatasan bahan baku. Petani jamur merang hanya terbiasa dengan satu jenis bahan baku untuk menanam jamur merang, padahal ketersediaan bahan baku ini sangat tergantung pada musim, sehingga para petani tidak bisa bertahan untuk berproduksi secara kontinyu. Hal ini sangat mempengaruhi keberlanjutan usaha mereka karena mereka juga bergantung pada tenaga kerja yang bekerja musiman, sehingga pada waktu produksi jamur berhenti maka tenaga kerja ini juga ikut berhenti.

Perubahan Musim Secara Drastis
Petani tradisional jelas tidak bisa berhadapan dengan ini, perubahan musim secara drastis bisa menyebabkan mereka berhenti berproduksi dan bahkan mematikan usaha mereka, yang disebabkan karena banyak faktor yang antara lain juga sudah masuk dalam faktor seperti disebutkan diatas. Produksi tidak menguntungkan, tidak tersedia bahan baku dan tenaga kerja yang berhenti. Sekali mereka berhenti biasanya sangat sulit untuk bangkit lagi karena faktor faktor permodalan dan tenaga kerja sulit untuk diadakan dengan cepat.

Hanya Coba Coba
Yang paling sering berhenti berproduksi dengan cepat adalah faktor ini, petani yang hanya coba coba, padahal banyak sekali faktor untuk sukses dalam bertani jamur, tidak seperti dalam berdagang, coba coba kadang bisa sangat menguntungkan, tapi sangat berbeda dengan usaha jamur merang, coba coba hanya akan buang buang uang saja.

Usaha secara traditional ini harus diperbaiki baik metode maupun sistem management produksi jamur merang agar para petani jamur merang ini bisa bertahan lama.


========


Sabtu, 4 Januari 2003 Jawa Tengah - Muria
http://www.suaramerdeka.com/harian/0301/04/dar20.htm
Tidak Tahu Cirinya, Jangan Dimakan

SEMENTARA BLK Semarang belum dapat menuntaskan penelitian terhadap jamur yang meracuni sebagian warga Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus, justru Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus (UMK) telah selesai mengkajinya.

Penelitian itu dilakukan dosen pengampu bidang studi Mikro Biologi Dra Farida Yuliani MSi dibantu Dekan Drs Hendy Hendro HS MSi. Mereka mengadakan penelitian semata-mata lantaran sikap proaktif. "Kampus harus peduli dengan dinamika masyarakat," ujar Hendy.

Dia mengimbau khalayak, "Jangan sekali-kali makan jamur liar bila tidak mengenali ciri-cirinya." Hanya saja, dia mengakui, tidak banyak yang mengetahui cara mengenali jamur beracun (berbahaya untuk dimakan) dan tak beracun (enak dimakan).

Farida menjelaskan, ada beberapa cara untuk mengenali jamur beracun. Antara lain biasanya jamur memiliki tudung berwarna mencolok seperti biru tua, hitam legam, kuning terang, atau orange. Baunya menusuk seperti telur busuk atau amoniak.

Jamur biasanya tumbuh di tempat kotor. Bila dikerat dengan pisau stainless atau logam perak, paparnya, akan menunjukkan perubahan warna pada logam atau pisau tersebut. "Pada kasus jamur beracun di Terban, jamur tidak menunjukkan perubahan warna berarti bila dikerat dengan pisau atau dimasak. Namun sangat lunak bila dimasak. Untuk jamur konsumsi biasanya kenyal jika dimakan."

Jamur yang enak dimakan juga memiliki beberapa ciri, antara lain warna spora cokelat. Misalnya Agaricus campestris, Agoricus rodmani, dan Agaricus bitorquis banyak dibudidayakan di Dieng (Wonosobo) dan Cipanas (Jabar), Pholiota nameko ditanam di Jepang, Volvariella volvaceae (jamur merang), Auricullaria polytrica (hitam), dan Auricullaria judae (merah).

Yang berwarna spora putih antara lain Armilaria (dapat dimakan bila masih muda), Pleurotus sp (jamut tiram cokelat, putih, atau kuning), Tremella fusiformis (jamur kuping putih). Di samping yang penggolongannya masih kacau, yaitu Lentinus edodes (shitake atau jamur payung) yang banyak dibudidayakan di Indonesia.

Jamur Ledok

Tentang jamur yang meracuni 91 warga Terban pada 15 Desember lalu, Farida mengakui pada kenyataannya jamur yang mereka makan memang beracun. Bila spora menempel pada kulit juga sedikit terasa gatal. "Hal itu pernah dialami warga di belakang PG Rendeng yang mengonsumsi jamur yang sama seperti yang dimakan warga Terban.

Di lokasi buangan ledok PG Rendeng (Dukuh Badongan, Desa Tumpangkrasak, Kecamatan Jati), tuturnya, terdapat tiga jenis jamur. "Dua jenis dapat dimakan dan satu jenis beracun. Yang beracun sama persis dengan jenis yang ditemukan di lahan tebu dan dimakan warga Terban. Jamur jenis itu di Badongan tak ada yang memetik, sebab warga sekitar sudah mengetahuinya."

Jamur lain yang biasanya tumbuh di areal buangan ledok PG Rendeng dan dikonsumsi warga, jelasnya lebih lanjut, adalah jamur merang (Volvariella volvaceae) dan jamur kecil mirip Coprinus dengan diamater tudung tak lebih 5 cm dan warna kuncup putih memanjang. "Bila kedua jamur itu muncul segera habis diserbu warga karena enak rasanya."

Dia menerangkan, suatu jenis jamur bisa menjadi beracun karena beberapa sebab. Antara lain senyawa metabolit sekunder, yaitu Amatoxin dan Kholin, sangat mematikan dan daya bunuhnya melebihi sianida. Jamur itu dapat merusak sel hati dan ginjal. Biasanya senyawa itu dikandung oleh jamur dari genus Amanita dan Leupita. "Orang sering menyebut jamur upas. Tapi untuk yang jenis Amanita muscana, racunnya dapat dimanfaatkan sebagai insektisida pembunuh lalat."

Juga Muskarin, menyebabkan pusing namun pada dosis 0,03 - 0,05 gram sudah dapat mematikan. Filosibin yang mengakibatkan penderita melamun, dikandung oleh jamur Psilocybe sp P mexicana dapat dimanfaatkan untuk obat sakit jiwa. Senyawa Falin, Atropin dan asam Hervelar, keracunan terjadi empat-enam jam setelah mengonsumsi yang mengakibatkan penderita haus, sakit perut hebat, dan mengeluarkan kotoran encer. (Prayitno-58j)
=======

0 comments:

Post a Comment